A.
Judul
Peningkatan
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA tentang Aliran Listrik Melalui
Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses
B.
Penulis
Nama : Rohayati, S,Pd. SD.
Tugas : SD Negeri 1 Legokjawa, Kec. Cimerak,
Kab. Ciamis
Kontak : 082130377703
C.
Abstrak
dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran
IPA, Pendekatan Keterampilan Proses
Sebelum
penelitian ini dilakukan, diketahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
pada materi ajar aliran listrik di kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa, kurang
mencapai kriteria yang telah ditentukan.Salah satu faktor penyebabnya, yaitu
penggunaan pendekatan yang kurang tepat. Untuk mengatasinya digunakan penekatan
keterampilan proses. Pokok masalah penelitian ini terkait dengan langkah-langkah
penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa dalam pembelajaran IPA tentang materi ajar
aliran listrik, dan peningkatan kemampuan siswa di kelas tersebut setelah
digunakan pendekatan ini. Untuk menjawab pokok masalah tersebut, maka dilakukan
penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setelah
melakukan pembahasan terhadap hasil penelitian diperoleh suatu simpulan bahwa
hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa dalam pembelajaran IPA
tentang materi ajar aliran listrik, meningkat setelah digunakan penekatan
keterampilan proses.
D.
Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
1
|
Modernisasi dan globalisasi telah menghadapkan kita
dengan berbagai tantangan baru.Tantangan akibat derasnya arus informasi yang
mengalir pada masa ini dan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Tentu
saja perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bukti dinamika dan
kemajuan akal manusia.Kondisi ini sangat menggembirakan dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesulitan hidup yang dihadapi manusia makin mudah
diatasi. Pada saat yang sama manusia dihadapkan pada berbagai problem
diantaranya “bagaimana dapat menguasai dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk kesejahteraan umat manusia?”.Dan memang merupakan salah satu
tujuan utama pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Di pihak lain, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu indikator untuk kemajuan suatu
bangsa.
Sejenak kita dapat melihat negara-negara yang
dikategorikan sebagai negara maju seperti Amerika, Rusia, Jerman, Jepang dan
beberapa negara maju lainnya adalah negara yang menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dan memiliki peradaban yang tinggi.Negara-negara dunia ketiga
termasuk Indonesia yang berhasrat untuk maju menghadapi tantangan besar
ini.Oleh karena itu, dalam hal ini dunia pendidikan memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam menciptakan manusia unggul, yaitu manusia yang memiliki
kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing dalam segala bidang
termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Sahono (2010) mengatakan
bahwa untuk mencetak sumber daya manusia yang memiliki keunggulan di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan pendidikan IPA sebagai sarana dalam
pengembangan IPA dikalngan pelajar.
Hal di atas memberikan indikasi bahwa pentingnya upaya
memberdayakan siswa secara maksimal dan meningkatkan kualitas pembelajaran dan
hasil belajar IPA di lembaga pendidikan.Upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dan hasil belajar pada setiap jenjang pendidikan termasuk pada
jenjang sekolah dasar telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia.Upaya itu dapat
diperhatikan dari berbagai kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.Misalnya memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualifikasi
tenaga pendidikan, peningkatan profesionalisme pendidik melalui sertifikasi
guru dan dosen, dan standarisasi penyelenggaraan pendidikan.Semua sudah
dilakukan untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang maksimal.Namun demikian,
mutu pendidikan di tingkat sekolah dasar belum sesuai harapan.Secara umum mutu
pendidikan sekolah dasar, khususnya siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa pada
mata pelajaran IPA, masih rendah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rendahnya
hasil belajar tersebut pada dasarnya tidak lepas dari peran guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Hal ini erat kaitannya dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan. Apakah pendekatan tersebut sesuai
dengan konteks: konteks dengan materi dan tujuan pembelajaran, potensi dan latar
belakang siswa serta konteks dengan situasi dan lingkungan belajar?. Oleh
karena itu, guru memiliki peran yang sangat penting terutama yang menyangkut
pendekatan yang digunakan dalam proses belajar yang juga akan ikut menentukan
tinggi-rendahnya hasil dan tercapainya tujuan pembelajaran IPA.
Kenyataan lain menunjukkan bahwa pelajaran IPA oleh
sebagian siswa dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan rumit dan untuk
mempelajarinya siswa harus siap berkerut kulit muka. Perasaan sulitnya
pelajaran IPA bagi siswa tentu saja dipengaruhi oleh pendekatan yang digunakan
guru yang tidak mampu membuat siswa merasa nyaman, enjoi, dan menikmati dalam
kegiatan belajar. Lebih jauh akan berimplikasi pada malas dan tidak senangnya
siswa pada mata pelajaran IPA sehingga mempengaruhi hasil belajarnya.
Memperhatikan pentingya penguasaan pelajaran IPA oleh siswa dan penyebab
rendahnya hasil belajar siswa seperti yang telah diurai di atas, adalah penting
untuk melakukan terobosan baru guna menciptakan suasana belajar yang efektif
dan efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.Terobasan baru
itu adalah inovasi dan pergeseran paradigma pembelajaran dari pembelajaran yang
cenderung membuat siswa pasif menjadi siswa yang bergerak secara massif dalam
kegiatan belajar. Sebagai salah satu alternatif ke arah tersebut adalah dengan
menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran. Pada
pendekatan keterampilan proses siswa diberikan keluasan untuk ikut dan terlibat
secara langsung dalam segala bentuk proses penemuan dan konstruksi pengetahuan
dalam menyelesaikan semua problem yang dihadapinya. Pendekatan keterampilan
proses mengarahkan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar siswa, bukan
sebagai pemberi dan sumber utama pengetahuan tetapi siswa dituntut untuk
berperan aktif dalam merencanakan, melaksanakan dan menemukan serta menilai
sendiri semua jalan memperoleh pengetahuan. Siswa melakukan kegiatan percobaan,
pengamatan, pengukuran, perhitungan, dan membuat kesimpula-kesimpulan sendiri (Syaiful,
2011: 74).
Kondisi pembelajaran yang demikian seperti yang
dijelaskan pada bagian akhir di atas sangat konteks dengan pendekatan yang
harus digunakan dalam pembelajaran IPA di mana pembelajaran IPA menuntut untuk
melakukan pengamatan dan percobaan secara langsung terhadap gejala-gejala dan
peristiwa alam.Dan memang di era penemuan seperti saat sekarang pendekatan
pembelajaran yang lebih menekankan siswa hanya pada menghafal dan mengumpulkan
informasi semata dan hampa pengalaman langsung harus ditinggalkan.
b.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan dua permasalahan yang
menjadi fokus utama dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut.
1. Bagaimana
langkah-langkah menggunakan pendekatakan keterampilan proses agar dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang materi ajar rangkaian listrik pada siswa
kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa?
2. Apakah
penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar IPA
tentang materi ajar rangkaian listrik pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa?
c.
Tujuan
Penelitian
Jika
beranjak dari masalah yang telah dirumuskan di atas, secara umum penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA tentang materi ajar rangkaian
listrik melalui penerapan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas VISD
Negeri 1 Legokjawa. Selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, penelitian
ini juga bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam mengatasi kesulitan proses belajar
mengajar di kelas.
d.
Manfaat
Penelitian
Dari
penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi
sekolah dapat meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan, khususnya pada mata
pelajaran IPA.
2. Bagi
guru pelaksana tindakan, penelitian ini selain dapat menambah wawasan juga
memberikan pengalaman berharga mengelola pembelajaran IPA secara inovasi
berdasarkan langkah-langkah pendekatan keterampilan proses.
3. Bagi
siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa,akan memperoleh wawasan dan pengalaman
belajar IPA berdasarkan suasana baru, sesuai dengan tuntutan pendekatan
keterampilan proses.
e.
Kajian
Teori
1.
Konsep
Dasar IPA di SD
IPA merupakan singkatan dari ilmu pengetahuan alam.Dalam
kepustakaan asing dikenal dengan sebutan natural science yang sering dilawankan
dengan social science.
Pada setiap jenjang pendidikan formal mata pelajaran IPA
merupakan salah satu mata pelajaran yang harus ada mulai pada tingkat sekolah
dasar sampai tingkat perguruan tinggi.Pada tingkat sekolah dasar IPA lazimnya
disebut dengan pendidikan/mata pelajaran “sains”.Mengapa pendidikan ilmu
pengetahuan alam atau natural science atau “sains” sangat penting sehingga
menjadi mata pelajaran wajib di dunia pendidikan?Untuk melacak jawaban dari
pertanyaan tersebut kita dapat mencermati dari beberapa pengertian yang telah
dirumuskan oleh beberapa teoretisi di bawah ini. Carin (Marleviandra, 2009)
mendefinisikan natural science/science sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas
pada gejala-gejala alam.
2. Arah
Pembelajaran IPA di SD
Arini
(2011) mengemukakan bahwa pembelajaran IPA diarahkan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut. 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya. 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4)
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan
masalah dan membuat keputusan. 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta
dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6) Meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan. 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
3. Teori
Belajar yang Mendukung Pembelajaran IPA di SD
Beberapa
teori belajar yang mendukung pembelajaran IPA adalah teori belajar
cognitive-defelopmental John Piaget, teori belajar cognitive-field Kurt Lewin,
teori belajar discovery learning Jerome Bruner, dan teori belajar
konstruktivisme.
4.
Hasil
Belajar IPA
Hasil
belajar IPA dapat diartikan sebagai segala perubahan kemampuan yang terjadi
pada siswa berkenaan dengan mata pelajaran IPA sebagai hasil dari mengikuti
proses belajar mengajar. Pencapaian hasil belajar siswa mencakup perubahan
kemampuan dalam hal memahami konsep, proses dan sikap IPA.
5.
Hakikat
Pendekatan Keterampilan Proses
Penerapan
pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran diinspirasi dan
dilatarbelakangi oleh teori belajar naturalisme romantis dan teori belajar
kognitif gestalf (Syaiful, 2011). Pendekatan keterampilan proses merupakan
suatu pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada
pengembangan kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai daya
dorong dalam mengarahkan kemampuan yang lebih tinggi dalam diri siswa. Pendekatan
keterampilan proses juga menekankan pada pertumbuhan dan pengembangan
keterampilan tertentu yang ada pada diri siswa agar mereka mampu memproses
informasi dan mampu menemukan hal-hal baru seperti fakta dan konsep.
Beranjak
dari beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas dapat ditarik satu
kesimpulan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan
belajar mengajara khususnya pada mata pelajaran IPA sangat penting. Bagaimana
tidak, dalam pendekatan keterampilan proses siswa diberikan kesempatan untuk
terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para
ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan
setiap siswa menjadi ilmuwan. Dengan demikian siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Proses ilmiah merupakan aspek yang
tidak terpisahkan dari IPA. Karena objek kajian IPA adalah alam semesta yang
dapat diindra oleh panca indra secara langsung, sebab itu kajian IPA bersifat
konkret.
Hal
yang sama juga diutarakan oleh Darmojo dan Kaligis (1992:51) bahwa beberapa
keterampilan proses dalam pengajaran IPA di sekolah dasar sebagai berikut. 1)
Keterampilan mengobservasi. 2) Keterampilan mengklarifikasi. 3) Keterampilan
menginterpretasi. 4) Keterampilan memprediksi. 5) Keterampilan membuat
hipotesis. 6) Keterampilan mengendalikan variabel. 7) Keterampilan merencanakan
dan melakukan penelitian. 8) Keterampilan menyimpulkan atau inferensi. 9)
Keterampilan menerapkan atau aplikasi. 10) Keterampilan mengkomunikasikan.
b. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan
kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan satu hipotesis tindakan bahwa dengan
menerapkan keterampilan proses sebagai pendekatan dalam proses belajar mengajar
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VISD Negeri 1 Legokjawa.
E. Metodologi
Penelitian
a. Metode
Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.Dalam bahasa Inggris penelitian
tindakan kelas disebut classroom action
research, yaitu suatu penelitian yang dilakukan di ruang kelas untuk
meningkatkan kualitas belajar dan pembelajaran.Supardi (2009:105) mengartikan
penelitian tindakan kelas sebagai suatu pendekatan untuk meningkatkan
pendidikan dengan melakukan perubahan ke arah perbaikan terhadap hasil
pendidikan dan pembelajaran.
b. Tempat
dan Subjek Penelitian
Penelitian ini bertempat di SD Negeri
1 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis.Sedangkan subjek dalam penelitia
ini adalah siswa kelas VI SD Negeri ini pada semester ganji tahun pelajaran 2011/2012.
c. Prosedur
Penelitian
Pelaksanaan prosedur penelitian ini
melalui tiga siklus. Setiap siklus proses belajar mengajar akan dilaksanakan
sebanyak satu kali pertemuan dengan waktu 2x35 menit setiap pertemuan. Siklus
tersebut akan melalui beberapa tahapan sebagaimana yang dikatakan Supardi
(2009:104) yang terdiri dari (1) perencanaan tndakan (planning); (2) penerapan tindakan (action); (3) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil
tindakan (observation and evaluation);
(4) dan melakukan refleksi (reflecting).
d. Teknik
Pengumpulan Data
1. Sumber
Data
Sumber data dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa, Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis.
2. Jenis
Data dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.Data kualitatif adalah adalah
data hasil observasi peneliti yang diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi kegiatan guru dan siswa.Sedangkan data kuantitatif adalah data hasil
belajar siswa setiap akhir siklus yang diperoleh dengan menggunakan lembar
evaluasi.
e. Teknik
Analisis Data
Data-data yang telah dikumpulkan akan
dianalisis dengan menggunakan dua cara. Pertama, data yang dihasilkan melalui
lembar observasi akan dianalisis secara kualitatif. Kedua, data yang dihasilkan
melalui lembar evaluasi dan tes akan dianalisis secara kuantitatif.
Untuk menentukan kategori skor
keberhasilan siswa dalam belajarnya pada setiap siklus akan digunakan skala
lima. Skala lima tersebut menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Mustafa, 2010:38) adalah sebagai berikut. Kategori 0-34 Sangat Rendah, 35-54 Rendah, 55-64 Sedang, 65-84 Tinggi, dan
85-100 Sangat Tinggi.
f. Indikator
Keberhasilan
Untuk dapat dikatakan suatu penelitian
telah berhasil harus memenuhi indikator tertentu, penelitian apa pun itu. Oleh
karena itu, penelitian ini dikatakan telah berhasil apabila hasil belajar siswa
mengalami peningkatan pada setiap siklus dan bila dibandingkan dengan hasil
belajar siswa sebelum menerapkan keterampilan proses dalam kegiatan belajar.
Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya skor hasil belajar IPA siswa
minimal 60% dari skor ideal dan secara klasik siswa dikatakan tuntas apabila
hasil akhir belajar siswa memdapat skor 85%.
F. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
a. Siklus I
Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 4 orang =23,52%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah5 orang =29,41% dan yang kurang atau di bawah KKM 8 orang
adalah = 47,95%.
TABEL 4
NILAI HASIL EVALUASI PADA RPP I IPA
SIKLUS I
No
|
Nama
Siswa
|
SKM
|
Nilai
Diperoleh
|
Keterangan
|
1
|
S1
|
68
|
60
|
Kurang
|
2
|
S2
|
70
|
Baik
|
|
3
|
S3
|
75
|
Baik
|
|
4
|
S4
|
62
|
Kurang
|
|
5
|
S5
|
66
|
Kurang
|
|
6
|
S6
|
80
|
Baik
|
|
7
|
S7
|
75
|
Baik
|
|
8
|
S8
|
68
|
Cukup
|
|
9
|
S9
|
62
|
Kurang
|
|
10
|
S10
|
68
|
Cukup
|
|
11
|
S11
|
60
|
Kurang
|
|
12
|
S12
|
68
|
Cukup
|
|
13
|
S13
|
65
|
Kurang
|
|
14
|
S14
|
66
|
Kurang
|
|
15
|
S15
|
68
|
Cukup
|
|
16
|
S16
|
66
|
Kurang
|
|
17
|
S17
|
68
|
Cukup
|
|
Jumlah
|
1140
|
|
||
Rata-rata
|
67,05
|
|
Catatan:
Skor maksimal 100
Skor Akhir = Jumlah
Nilai x 100
Skor Maksimal
Persentase Perolehan Nilai
1. Baik 4/17 x 100% = 23,52%
2. Cukup 5/17 x 100% = 29,41%
3. Kurang 8/17 x 100% = 47,05%
TABEL 5
GRAFIK HASIL EVALUASI
PERBAIKAN PEMBELAJARAN I
PEMBELAJARAN IPA SIKLUS I
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
90
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
80
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
70
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
40
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
|
|
K
|
B
|
B
|
K
|
K
|
B
|
B
|
C
|
K
|
C
|
K
|
C
|
K
|
K
|
C
|
K
|
C
|
b. Siklus
II
Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 8 orang = 47,95%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah 5 orang = 29,41% dan yang kurang atau di bawah KKM 4 orang
adalah = 23,52%.
TABEL 6
NILAI HASIL EVALUASI PADA RPP I IPA
SIKLUS II
No
|
Nama
Siswa
|
SKM
|
Nilai
Diperoleh
|
Keterangan
|
1
|
S1
|
68
|
63
|
Kurang
|
2
|
S2
|
75
|
Baik
|
|
3
|
S3
|
78
|
Baik
|
|
4
|
S4
|
65
|
Kurang
|
|
5
|
S5
|
68
|
Cukup
|
|
6
|
S6
|
80
|
Baik
|
|
7
|
S7
|
80
|
Baik
|
|
8
|
S8
|
78
|
Baik
|
|
9
|
S9
|
65
|
Kurang
|
|
10
|
S10
|
75
|
Baik
|
|
11
|
S11
|
63
|
Kurang
|
|
12
|
S12
|
76
|
Baik
|
|
13
|
S13
|
68
|
Cukup
|
|
14
|
S14
|
68
|
Cukup
|
|
15
|
S15
|
78
|
Baik
|
|
16
|
S16
|
68
|
Cukup
|
|
17
|
S17
|
68
|
Cukup
|
|
Jumlah
|
1216
|
|
||
Rata-rata
|
71,53
|
|
Catatan:
Skor maksimal 100
Skor Akhir = Jumlah Nilai x 100
Skor Maksimal
Persentase Perolehan Nilai
1. Baik 8/17 x 100% = 47,05 %
2. Cukup 5/17 x 100% = 29,41%
3. Kurang 4/17 x 100% = 23,52 %
TABEL 7
GRAFIK HASIL EVALUASI
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN IPA SIKLUS II
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
90
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
80
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
70
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
40
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
|
|
K
|
B
|
B
|
K
|
C
|
B
|
B
|
B
|
K
|
B
|
K
|
B
|
C
|
C
|
B
|
C
|
C
|
c.
Siklus
III
Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 14 orang = 82,35%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah 2 orang = 11,76% dan yang kurang atau di bawah KKM masih ada1
orang siswa adalah = 5,88 %.
TABEL 8
NILAI HASIL EVALUASI PADA RPP I IPA
SIKLUS III
No
|
Nama
Siswa
|
SKM
|
Nilai
Diperoleh
|
Keterangan
|
1
|
S1
|
68
|
68
|
Cukup
|
2
|
S2
|
75
|
Baik
|
|
3
|
S3
|
78
|
Baik
|
|
4
|
S4
|
66
|
Kurang
|
|
5
|
S5
|
77
|
Baik
|
|
6
|
S6
|
85
|
Baik
|
|
7
|
S7
|
87
|
Baik
|
|
8
|
S8
|
80
|
Baik
|
|
9
|
S9
|
75
|
Baik
|
|
10
|
S10
|
79
|
Baik
|
|
11
|
S11
|
68
|
Cukup
|
|
12
|
S12
|
80
|
Baik
|
|
13
|
S13
|
78
|
Baik
|
|
14
|
S14
|
70
|
Baik
|
|
15
|
S15
|
80
|
Baik
|
|
16
|
S16
|
78
|
Baik
|
|
17
|
S17
|
75
|
Baik
|
|
Jumlah
|
1299
|
|
||
Rata-rata
|
76,41
|
|
Catatan:
Skor maksimal 100
Skor Akhir = Jumlah Nilai x 100
Skor Maksimal
Persentase Perolehan Nilai
1. Baik 14/17 x 100% = 82,35 %
2. Cukup 2/17 x 100% = 11,76%
3. Kurang 1/17 x 100% = 5,88 %
TABEL 9
GRAFIK HASIL EVALUASI
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN IPA SIKLUS III
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
90
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
80
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
70
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
60
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
50
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
40
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
16
|
17
|
|
|
C
|
B
|
B
|
K
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
B
|
G. Simpulan
dan Saran
a. Simpulan
1. Langkah-langkah penggunaan pendekatan keterampilan proses
untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar IPA, meliputi: (1)
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana, (3) mengevaluasi hasil belajar siswa, dan (4) menindaklanjuti
hasil belajar siswa.
2. Penggunaan pendekatan keterampilan
proses berhasil meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi ajar IPA. Hal ini
ditunjukkan oleh hasil sebagai berikut.
1) Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 4 orang = 23,52%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah 5 orang = 29,41% dan yang kurang atau di bawah KKM 8 orang
adalah = 47,95%.
2) Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 8 orang = 47,95%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah 5 orang = 29,41% dan yang kurang atau di bawah KKM 4 orang
adalah = 23,52%.
3) Dari 17 orang siswa yang mendapat nilai baik atau di atas
KKM adalah 14 orang = 82,35%, siswa yang mendapat nilai yang standar dengan KKM
atau cukup adalah 2 orang = 11,76% dan yang kurang atau di bawah KKM masih ada
1 orang siswa adalah = 5,88 %.
3. Penggunaan pendekatan keterampilan
proses dalam pembelajaran IPA tentang materi ajar aliran listrik, terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Legokjawa.
b. Saran-Saran
Beberapa
saran yang diajukan, meluputi:
1.
Kepada
kepala sekolah agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai
pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah pada umumya dan khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.
2.
Kepada
guru-guru diharapkan selalu mengembangkan metodologi pengajaran yang paling
tepat, khususnya penggunaan pendekatan pembelajaran dalam pembelajaran IPA agar
tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
H. Daftar
Rujukan
Ahmadi, Abu H.,dan Joko Tri Prasetya. 2005. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung Pustaka Setia.
A.M, Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Arini. 2011. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam SD/MI. (Online),
(http://arinil.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-ilmu-pengetahuan-alam-sdmi,
diakses 18 Juni 2011).
Dalyono, M. 2005.
Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Dania. 2009. Teori
Konstruktivistik. (Online),
(http://duadania.blogspot.com/2009/05/teori-konstruktivistik.html, diakses 21
Juni 2011).
Darmodjo, Hendro.,& Jenny R.E Kaligis. 1992.
Pendidikan IPA II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Fatmawati, Umi. 2010. Pembelajaran Ketrampilan Proses:
Inquiry dan Discovery Learning. (Online),
(http://umifatmawati.blog.uns.ac.id/2009/07/17/8/, diakses 18 Juni 2011).
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kusdiyanto. 2010. Mengapa IPA Perlu Diajarkan Melalui
Teori dan Eksperimen. (Online),
(http://pckus09.blogspot.com/2010/11/mengapa-ipa-perlu-di-ajarkan-melalui.html,
diakses 19 Juni 2010).
Lutfiadi. 2009. Pendekatan Keterampilan Proses.
Makalah.Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Marleviandra, Anto. 2009. Definisi IPA. (Online),
(http://techonly13.wordpress.com/2010/06/10/definisi-ipa-2, diakses 21 Juni
2011).
Moedjiono dan Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Depdikbud.
Nasution, Noehi. 2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran:
Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Ade. 2011. Pendekatan Keterampilan Proses.
(Online),
(http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/01/pendekatan-keterampilan-proses-dalam.html,
diakses 17 Juni 2011).
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara.
Thanasoulas, Dimitrios. 2011. Konstruktivis Belajar.
(Online),
(http://www.seasite.niu.edu/Tagalog/Teachers_Page/Language_Learning_Articles, diakses
16 Juni 2011).
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep,
Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara