A. Judul
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Mata Pelajaran IPS Melalui Penggunaan Metode Belajar Kelompok
B. Penulis
Nama :
Rohayati,S.Pd.SD.
Tempat Tugas : SD Negeri 1
Legokjawa
C. Abstrak dan Kata Kunci
ABSTRAK
Kata Kunci: Pembelajaran
IPS, Aktivitas dan Hasil Belajar, Siswa Kelas II SD, Materi Ajar Dokumen
Keluarga Sebagai Bahan Cerita, Metode Belajar Kelompok
Penelitian
ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran IPS pada
siswa kelas II SD Negeri 1 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis, yang
disebabkan oleh pengelolaan KBM kurang efektif dan efisien. Akibatnya aktivitas
dan hasil belajar siswa di kelas ini kurang mencapai sasaran.Salah satu faktor
penyebabnya adalah metode yang digunakan guru pada saat itu, kurang bervariasi,
sehingga siswa merasa bosan.Untuk mengatasinya digunakan metode belajar
kelompok. Uji coba upaya ini dilakukan melalui prosedur penelitian tindakan
kelas oleh guru dan siswa di kelas ini, yang berkolaborasi dengan teman sejawat
yang sama kepentingannya dalam hal ini. Setelah dilaksanakan selama dua siklus
pembelajaran IPS tentang materi ajar/kompetensi dasar mengetahui dokumen
keluarga untuk kepentingan sebuah cerita, baik aktivitas maupun hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan.Oleh karena itu, ada baiknya upaya seperti ini terus
menerus dilakukan, agar semakin lama tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran
IPS di kelas II dapat tercapai oleh siswa yang menjadi subjek penelitian ini.
Ada baiknya pula hasil penelitian ini didayagunakan pula oleh guru lain yang
berminat menindaklanjuti kasus serupa.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Fungsi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di Sekolah Dasar adalah untuk mengembangkan sikap rasional tentang
gejala-gejala sosial serta wawasan tentang perkembangan masyarakat Indonesia
dan masyarakat dunia di masa lampau dan masa kini. Sedangkan tujuan mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah untuk mengambil pengetahuan dan
keterampilan dasar yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari serta
mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak
masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memilki kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia dan cinta kepada tanah air.
Pencapaian fungsi dan tujuan mata
pelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah menjadi penting untuk dapat dilaksankan
oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan prinsip-prinsip
pembelajaran fungsi dan tujuan tadi sebagaimana dijelaskan dalam Depdiknas
(2009) bahwa bahan kajian IPS SD diorganisasikan mulai dari bagian
pelajaranyang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas dan kompleks....
Tujuan merupakan tolok ukur pengalaman belajar yang harus dicapai oleh siswa
setelah mempelajari satu atau beberapa pokok bahasan.Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar (KBM) guru baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan),
dansosial serta sesuai dengan tingkat perkembangan Sekolah Dasar.
Akan tetapi karena bahan belajar IPS
yang cakupannya beragam dan luas serta tuntutan kurikulum yang sarat dengan
muatan yang harus disampaikan kepada siswa dengan lokasi waktu yang terbatas,
guru mengalami kesulitan dalam menyajikan bahan ajar IPS dengan baik, menarik,
dan menantang minat belajar siswa, pada akhirnya pembelajaran IPS yang dilaksanakan
di setiap kelas, khususnya pada kelas II SD Negeri 1 Legokjawa adalah dengan
melakukan pembelajaran untuk dapat mengejar target.
Tuntutan kurikulum dengan mengandalkan
bahan belajar dari buku sumber IPS Kelas II yang tersedia.Metode mengajar yang selama
ini dirasakan kurang cocok untuk menyampaikan materi ceramah sehingga upaya
untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS masih kurang.
Perhatian orang tua siswa terhadap
sekolah khususnya orang tua siswa Kelas II SD Negeri 1 Legokjawa dirasakan
kurang.Akibat kurang perhatian orang tua siswa ini ditunjukan dengan banyaknya
siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah" (PR) dari mata pelajaran
yang ada, lebih-lebih terhadap mata pelajaran IPS yang memang "budaya
belajar" siswa terhadap mata pelajaran ini sangat rendah."Sering
terdengar pengajaran IPS merupakan pelajaran yang kurang populer dl kalangan
anak-anak" (Djoko Suradisastra, 1993:63). Kekurangpopuleran pelajaran IPS
di kalangan siswa antara lain disebabkan: (1) hampir sebagian besar orang tua
lebih mementingkan baca, tulis dan hitung saja sementara mata pelajaran IPS
dianggap mata pelajaran kelas dua sehingga mau tidak mau sikap orang tua
seperti ini akan mempengaruhi minat siswa terhadap mata pelajaran ini, (2)
sifat dari mata pelajaran baca, tulis dan hitung lebih bersifat tegas dan pasti
sementara mata pelajaran IPS tidaklah demikian, (3) banyak bahan pelajarannya
telah diketahui oleh para siswa di luar buku pelajaran.
Sementara itu alat tes yang digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa terhadap setiap mata pelajaran yang diajarkan
sering kali hanya mengukur kemampuan pengetahuan siswa. Demikian pula dalam mata
pelajarm IPS, alat tes yang digunakan hanya melulu menekankan pada kemampuan
siswa sehingga pelaksanaan kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II SD Negeri
1 Legokjawayang dilakukan oleh guru berusaha untuk membekali siswa-siswanya
dengan bekal pengetahuan yang berupaya untuk bisa menjawab soal tes.
Dengan permasalahan yang digambarkan di
atas, salah satu metode belajar mengajar yang dianggap dapat melibatkan siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar IPS di antaranya adalah metode belajar
secara berkelompok. Sebab dengan melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar IPS akan dirasakan berkesan dan bermakna sekaligus dapat
mendorong siswa belajar lebih lanjut. Melalui belajar secara berkelompok siswa
dapat belajar untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah secara bergotong
royong bahu membahu dalam mencapai tujuan.
Kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan
metode belajar secara berkelompok dipandang sebagai pengalaman belajar yang
mengarahkan siswa pada prestasi siswa yang tinggi. Lingkungan belajar dengan
interaksi yang multi proses akan sangat potensial untuk dapat membimbing siswa
dalam pengembangannya. Namun demikian, dalam situasi pembelajaran bentuk
apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa terkembangkan apabila guru
meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas. Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar guru harus menjadi mediator dan fasilitator yang baik,
sehingga proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu, dalam belajar secara berkelompok siswa diarahkan agar
mengembangkan sika-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang
mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu
menyenangkan.pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang
positif. mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong
saling menghargai satu sama lain.
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan
dicoba diterapkan metode belajar secara berkelompok dalam kegiatan belajar
mengajar IPS di Kelas II SD Negeri 1 Legokjawamelalui tindakan-tindakan
pembelajaran yang terlebih dahulu dirancang sebelum melakukan tindakan tersebut.
b. Rumusan Masalah
Ada empat pokok masalah
yang dirumuskan untuk dijawab melalui penelitian ini, yaitusebagai berikut.
1. Bagaimanakah
siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk kelompok belajarnya?
2. Keterampilan-keterampilan
apa sajakah yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya?
3. Bagaimanakah
metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS di Kelas II SD Negeri 1 Legokjawa?
4. Apakah
metode belajar secara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran IPS pada siswa Kelas II SD Negeri 1 Legokjawa?
c. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang metode belajar
secara berkelompok dalam upaya untuk melibatkan siswa pada kegiatan belajar
mengajar IPS yang diusahakan dan diciptakan guru. Secara lebih khusus
penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran tentang bagaimana siswa memilih atau menentukan teman dalam membentuk
kelompok belajarnya;
2. untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran tentang keterampilan-keterampilan apa saja
yang dikembangkan ketika siswa belajar bersama dalam kelompoknya;
3. untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran tentang sejauh mana metode belajar secara
berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa Kelas
II SD Negeri Sukamukti I;
4. untuk
memenuhi salah satu syarat dalam usulan Kenaikan Pangkat Jabatan Fungsional
Guru dari Golongan IVa ke golongan IVb.
E. Tinjauan Pustaka
a. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan
salah satu dari mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. IPS adalah
"mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan bahan
kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan
“sejarah" (Depdikbud, 1994 : 15). " Ilmu Pengetahuan Sosial "
(IPS) berasal dari pada kata yang dianggap paling cocok untuk kata "Social
Studies". National Council for Social Studies di Amerika Serikat
mendifinisikan seperti itu.
IPS
adalah sebuah mata pelajaran dasar kurikulum sekolah (TK s.d SMU) yang
merupakan (1) mengambil tujuannya dari sifat kewarga negaraan suatu masyarakat
yang demokratis yang berhubungan erat dengan bangsa-bangsa dan orang orang di
dunia; (2) mengambil sebagian besar konten meteri pelajarannya dari sejarah,
ilmu-ilmu sosial, dan (3) diajarkan dengan cara mereflesikan kesadaran pribadi,
sosial dan ilmu pengalaman kultural dan perkembangan siswa. (h.26)
Fungsi mata pelajaran IPS di Sekolah
Dasar adalah untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rasional tentang
gejala-gejala sosial, serta kemampuan tentang perkembangan masyarakat Indonesia
dan masyarakat dunia dimasa lampau dan masa kini.
Mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar
bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari serta mampu mengembangkan
pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa
kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta
kepada tanah air.
Di Sekolah Dasar dan sekolah menengah,
menurut Welton dan Millan (1989) IPS digabungakan dari berbagai disiplin ilmu
sosial ke dalam satu mata pelajaran yang di sebut "IPS" atau "Social
Studies". Penggabungan ini dimaksudkan untuk membantu siswa bisa melihat
hubungan satu sama lain dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dalam IPS.
Sebab hubungan ihi dianggap oleh siswa siswa kurang jelas bila setiap disiplin
yang dikemukakan di atas diajarkan secara terpisah.Marker dan Mehlinger (1992:
831) menjelaskan bahwa :
IPS
bukan sejarah, geografi, ilmu politik, ekonomi, atau apapun namanya.Tujuan mata
pelajaran IPS adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, nilai-nilai
keterampilan, dan pengalaman yang mereka butuhkan untuk menjadi anggota
masyarakat yang aktif.Kurikulum K-12 (TK s.d SMU) yang dirancang harus
diarahkan kepada tujuan ini.Tentunya, siswa harus mempelajari semua disiplin
ilmu yang telah ditentukan oleh pakar. IPS adalah inter disiplin ilmu yang
mempunyai kekhususan sendiri.
Meskipun isi materi IPS dari berbagai
disiplin ilmu-ilmu sosial, akan tetapi tujuan dan maksud IPS dengan ilmu sosial
adalah berbeda. Hunkin et al. (1982) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.
Tujuan
utama ilmu-ilmu sosial adalah untuk menghasilkan pengetahuan yang baru dan
untuk menguji pengetahuan yang sudah ada tentang diri kita sebagai manusia.Akan
tetapi pendidik mata pelajaran IPS tidak memperdulikan dengan menghasilkan ilmu
sosial baru.Tujuan mereka adalah memberikan siswa sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi di masyarakat tingkat lokal,
nasional dan masyarakat dunia.IPS secara nyata mempelajari tentang diri kita
sendiri dan yang lainnya dan bagaimana kita berhubungan dengan orang dan dengan
lingkungan.
b. Pengertian Belajar Secara Berkelompok
Belajar secara berkelompok adalah metode
mengajar dengan mengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan
atau membahas tugas yang dibebankan kepada kelompok tersebut.Menurut Moedjiono
(Johar Permana dan Mulyani Sumantri, 1999:148) disebutkan bahwa metode ini
"menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu
kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama''. Belajar
bersama dalam kelompok menekankan kepada lingkungan belajar untuk bekerja sama
dalam mendorong interaksi antar siswa sehingga para siswa akan dapat saling
memahami dan saling menghargai satu sama lain dalam hal pandangan-pandangan
atau gagasan-gagasan terhadap suatu topik pembelajaran yang akan atau sedang
dibelajarkan oleh guru.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru
ketika menerapkan metode belajar secara bersama dalan kelompok mempunyai
peluang untuk dapat melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
sehingga pembelajaran macam ini akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Melalui kegiatan belajar secara bersama dalam berkelompok, siswa
dapat belajar lebih kreatif dalam menemukan dan memecahkan masalah. Siswa
memahami bahwa melalui kerja sama dalam kelompok akan diperoleh banyak ide dan
gagasan untuk dipertimbangkan. Melalui belajar secara bersama dalam kelompok
siswa akan bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran dengan metode belajar
secara bersama dalam kelompok merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut
kemampuan berfikir dan kemampuan memberikan umpan balik terhadap masalah yang
dibahas secara bersama dalam kelompok.Aktivitas dalam kerjasama tampak bila dua
atau lebih anggota dalam kelompok belajar secara bersama untuk mencapai
tujuan.Dua elemen penting dalam kegiatan belajar secara bersama adalah kesamaan
tujuan dan sikap saling tergantung antar anggota dalam kelompok tersebut.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar yang diterapkan guru melalui metode belajar secara bersama dalam
kelompok, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan bekerja secara dalam empat
bidang kemampuan, yakni (1) kemampuan membentuk kelompok, (2) kemampuan bekerja
bersama dalam kelompok, (3) kemampuan memecahkan masalah sebagai anggota
kelompok belajar meliputi kemampuan mendefinisikan masalah, curah pendapat,
mengklarifikasi ide, mengkonfirmasikan ide, mengorganisasikan informasi, (4)
kemampum memahami serta menerima perbedaan mencakup kemampuan menerima
negosiasi dan pendapat orang lain atau melihat mesalah dari sudut pandang yang
berbeda.
Kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok dipandang sebagai
pengalaman belajar yang mengarahkan siswa kepada prestasi siswa yang tinggi.
Lingkungan belajar dengan interaksi yang multi proses akan sangat potensial
untuk dapat membimbing siswa dalvn mengembangkannya. Namun demikian, dalam
situasi pembelajaran bentuk apapun, pengembangan kemampuan siswa akan bisa
terkembangkan apabila guru meningkatkan kemampuannya dalam mengelola kelas.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar melalui penerapan metode belajar
secara bersama dalam kelompok guru harus menjadi mediator yang baik sehingga
proses pembelajaran yang sudah dirancang akan terlaksana dengan baik pula. Oleh
karena itu, dalam belajar secara bersama dalam kelompok siswa diarahkan agar
mengmbangkan sikap-sikap untuk pencapaian akademik yang tinggi, pemahaman yang
mendalam terhadap materi yang dipelajari, bahwa belajar itu menyenangkan,
pengembangan keterampilan kepemimpinan, mendorong sikap-sikap yang positif,
mendorong kepercayaan diri, pengembangan rasa memiliki, dan mendorong mutual
respect (Johnson dan Johnson, 1990)
c. Pembelajaran IPS Melalui Metode Belajar
Secara Berkelompok
Pembelajaran dengan menerapkan metode
belajar secara bersama dengan membentuk kelompok-kelompok kecil di SD masih
merupakan suatu dilema terutama dirasakan oleh guru-guru yang masih kurang
terampil dalam menggunakan metode dan teknik belajar semacam ini. Siswapun akan
merasakan bahwa pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang terapkan guru
bukan merupakan pembelajaran yang sebenarnya. Para siswa pada umumnya masih
menyangka bahwa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil ini adalah suatu
pembelajaran yang harus berlangsung untuk menunggu pembelajaran yang akan
dilakukan guru dengan metode ceramah. Padahal metode pembelajaran yang sama
dalam kelompok-kelompok kecil seperti ini merupakan metode pembelajaran yang
mempunyai kekuatan yang efektif untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Sulit bahkan tak mungkin bagi guru untuk belajar secara bersama
satu sama lain apabila siswa hanya belajar secara klasikal saja. Lagi pula
dalam pembelajaran yang bersifat klasikal hampir tak mungkin siswa dapat
mengutarakan pendapat dan opininya kepada teman yang lainnya.Siswa yang
terlibat diskusi dalam suatu pembelajaran klasikal harus menunggu lama untuk
mendapatkan kesempatan berbicara (Welton dan Millan, 1988).
Pembelajaran IPS melalui penerapan
metode belajar secara bersama mencakup hal-hal perkembangan kosep diri siswa,
membantu siswa dalam mengenal dan menghargai masyarakat global yang multi
budaya; lebih memperdalam proses sosialisasi-sosialisasi ekonomis, dan politik;
memberikan pengetahuan masa lalu dan masa kini sebagai dasar untuk pembuatan
keputusan; dan mendorong peranan partisipasi aktif di masyarakat yang
diharapkan dapat dikuasai oleh siswa yang bisa dicapai melalui belajar secara
bersama dalam kelompok.
Penerapan metode belajar secara bersama
dalam kelompok menuntut guru untuk dapat mengelompokan siswa secara arif dan
bijaksana serta profesional yang didasarkan kepada : (1) fasilitas yang
tersedia untuk mendukung terlaksananya belajar secara bersama dalam kelompok,
(2) perbedaan individual setiap siswa dalam hal minat belajar dan kemampuan
belajarnya, (3) jenis tugas dan pekerjaan yang dibebankan, (4) wilayah tempat
tinggal siswa, (5) jenis kelamin, (6) memperbesar partisipasi siswa dalam
kelompok, dan (7) berdasar pada random (Johar Permana dan Mulyani Sumantri,
1999).
Pembagian kelompok siswa dalam memilih
anggota-anggotanya sebaiknya didasarkan atas kebervariasian atau heterogen
dalam hal kemampuan belajar maupun jenis kelamin siswa agar terjadi dinamika
kegiatan belajar yang lebih baik sehingga tidak terkesan berat sebelah dengan
adanya kelompok yang kuat dan kelompok yang lemah.
Tujuan penerapan metode belajar secara
bersama dalam kelompok menurut Moejiono (Permana dan Sumantri, 1999) adalah
untuk; (1) memupuk kemauan dan kemampuan kerjasama para siswa, (2) meningkatkan
keterlibatan sosio emosional dan inteletual siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang diterapkan guru dan (3) Meningkatkan perhatian kepada proses dan
hasil dari kegiatan belajar mengajar secara berimbang dan profesional.
Sementara itu, alasan yang melatar belakangi mengapa metode belajar secara
bersama dalam kelompok perlu diterapkan dalam pembelajaran dan bahwa (1) siswa
dapat bekerja secara bersama dengan anggotanya dalam satu kesatuan tugas, (2)
agar siswa dapat mengembangkan kekuatan dalam mencari dan menemukan bahan untuk
menyelesaikan dan melaksanakan tugas yang dibebankan tersebut, dan (3) agar
siswa dapat beraktivitas secara aktif dalam belajarnya.
Penerapan metode belajar secara bersama
dalam kelompok memiliki peluang untuk dapat membuat siswa terlibat aktif dalam
mencari bahan untuk menyelesaikan beban tugas yang menjadi tanggung jawab
kelompoknya.Selain itu dengan menerapkan metode belajar bersama dalam kelompok
dapat berpeluang lagi siswa untuk saling menggalang kerjasama kekompakan
kelompoknya. Pengembangan kepemimpinan siswa dan keterampilan berdiskusi dalam
proses kelompok merupakan kekuatan penerapan metode ini bagi siswa. Sementara
itu penerapan metode belajar secara bersama dalam kelompok memiliki kekurangan
bagi siswa yang kurang aktif sehingga siswa tadi kurang berperan dalam
kelompoknya sementara siswa yang aktif dapat berperan dalam kelompoknya.
F.
Metodologi Penelitian
a.
Desain
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang mengacu kepada tindakan guru ketika melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sebagai upaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar berdasarkan
refleksi dari kegiatan belajar mengajar tersebut.Upaya perbaikan terhadap
kegiatan belajar mengajar berdasarkan permasalahan yang ditemui di dalam kelas
merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk senantiasa melakukan
perubahan-perubahan yang dirasakan perlu dari kegiatan belajar mengajar
tersebut.Desain Penelitian Tindakan Kelas dalam penelitian ini dirancang untuk
dapat menyelesaikan satu pokok bahasan yang, akan dilaksanakan secara
berkelanjutan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus akan dilaksanakan
sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai seperti
yang digambarkan pada pertanyaan penelitiannya. Untuk dapat melihat keterlibatan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas II akan dilakukan terlebih
dahulu pembelajaran IPS di Kelas II sebagai observasi awal dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disiapkan terlebih dahulu.
b. Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
merupakan salah satu alternatif metode penelitian yang dapat dilaksanakan oleh
guru untuk mengetahui tingkat kemajuan bidang pendidikan terutama bagi
kepentingan kelas atau sekolah dimana guru itu mengabdikan ilmunya.
c. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas II SD Negeri 1 Legokjawa, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis pada tahun
pelajaran 2010/2011.
d. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam
mengumpulkan data, di antaranya teknik observasi, teknik wawancara, teknik tes,
dan teknik dokumentasi. Melalui observasi akan diketahui kondisi langsung
kegiatan setiap siklus perbaikan pembelajaran IPS. Teknik wawancara digunakan
untuk memperoleh tanggapan dari guru maupun siswa terkait dengan kegiatan yang
sudah berlangsung.Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan siswa
dalam setiap siklus pembelajaran.Teknik dokumentasi digunakan untuk melengkapi
data yang sudah terkumpul.
e. Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dianalisis
secara deskriptif, sehingga setiap kondisi yang berlangsung dan dampaknya dapat
diketahui secara jelas.
H.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
a.
Hasil Penelitian
a)Perencanaan
Tindakan
Berpijak dari kondisi dan keadaan
kelas serta temuan data tentang kendala-kendala dan permasalahan yang ada yang
dapat menghambat situasi belajar mengajar IPS yang lebih baik supaya terjadi
peningkatan aktivitas belajar siswanya, peneliti berusaha untuk dapat mengatasi
kendala-kendala dan persoalan tersebut dengan menganalisis untuk dimaknai
selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan tindakan.
Perencanaan atau persiapan tindakan
adalah berupa pembelajaran IPS dengan menerapkan metode belajar secara
berkelompok. Dengan menerapkan metode ini diharapkan akan terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sebagai upaya perbaikan
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dengan metode ceramah atau
pemberian tugas.
Tahapan perencanaan tindakan yang
dilakukan peneliti secara kongkret antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menyusun
rencana atau persiapan pengajaran untuk siklus I dan Siklus II dengan
menerapkan metode belajar secara berkelompok.
2. Menyusun
dan menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing rencana pengajaran
yang digunakan pada siklus I, dan siklus II dibahas dan diselesaikan oleh
masing-masing kelompok belajar siswa.
3. Menyusun
dan menyiapkan instrumen Observasi Belajar Siswa untuk mengamati aktivitas
belajar siswa selama menerapkan metode belajar secara berkelompok dalam mata
pelajaran IPS.
4. Menyusun
dan menyiapkan Lembar Evaluasi (tes) untuk masing-masing rencana pengajaran
yang digunakan untuk mengetahui dan mengukur hasil belajar siswa dari setiap
tindakan yang telah dilakukan
5. Menyusun
dan menyiapkan daftar cek sebagai refleksi dari kegiatan belajar mengajar IPS
untuk masing-masing tindakan yang digunakan pada setiap akhir pelaksanaan
tindakan didasarkan atas pendapat dan pandangan siswa tentang pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar IPS dengan menerapkan metode belajar secara
berkelompok.
b)Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan penelitian
merupakan pelaksanaan dari perencanaan tindakan yang telah dinunuskan
sebelumnya.Pada pelaksanaan tindakan ini memungkinkan guru untuk melakukan
intervensi terhadap rencana yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan penelitian ini
menekankan pada penerapan metode belajar secara berkelompok dalam upaya untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.Pelaksanaan
tindakan penelitian dilakukan tanpa memberitahukan kepada siswa.
Tindakan
Pertama
Pelaksanaan tindakan pertama
merupakan aktualisasi dari rencana pengajaran yang telah dirumuskan dan
disiapkan sebelumnya.Pelaksanaan pada siklus pertama ini mengambil materi ajar
tentang "Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber
cerita". Pada pelaksanaan tindakan pertama langkah-langkah yang ditempuh
disesuaikan dengan apa yang tercantum dalam rencana pengajaran yang telah
dibuat sebelumnya.
Pelaksanaan tindakan pertama dengan
menerapkan metode belajar secara berkelompok untuk meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas IISD Negeri 1 Legokjawa secara
umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Siswa
berdo'a dan memberi salam kepada guru, guru mengabsen siswa, dari 22 siswa, dan
seluruh siswa hadir semua.
• Guru
memberikan arahan dan penjelasan kepada siswa untuk membentuk kelompok yang
setiap kelompoknya tidak lebih dari 3 orang siswa. Dalam pengarahan tersebut
siswa diberi kebebasan untuk memilih teman kelompoknya.
• Dalam
memilih dan menentukan teman untuk belajar secara kelompok, kebanyakan siswa
memilih berdasarkan tempat duduk yang berdekatan dengan dirinya, sehingga teman
sebangkunya menjadi teman kelompoknya.
• Setelah
seluruh siswa yang hadir dengan jumlah 22 orang siswa tersebut, maka
terbentuklah 7 kelompok. Mereka terlihat senang dengan raut muka yang
berseri-seri karena mendapatkan teman untuk belajar secara berkelompok.
• Karena
tak seperti biasa, mereka tampak antusias dan bersemangat untuk memulai
pelajaran ketika guru memberi penjelasan tentang materi IPS yang akan
dipelajari.
• Dalam
menyelesaikan dan menjawab LKS, mereka betul-betul bekerja sama dan serius
dalam kelompoknya. Dan tidak mau ketinggalan dengan kelompok lainnya.
• Guru
berkeliling ke kelompok-kelompok, sambil membimbing, mengarahkan dan membantu
siswa (kelompok) yang kesulitan menyelesaikan LKS-nya.
• Guru
mengumpulkan LKS dari setiap kelompok. Kemudian membagikan lembar evaluasi
(tes) kepada setiap siswa untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami
materi yang telah dipelajari secara berkelompok.
• Setelah
setiap kelompok selesai mengerjakan lembar evaluasi (tes), guru
mengumpulkannya, kemudian membagikan daftar cek kepada siswa untuk melihal
persepsi siswa tentang kegiatan belajar mengajar yang telah mereka alami.
Analisis
dan Refleksi Tindakan Pertama
Setelah guru melakukan tindakan
penerapan metode belajar secara bersama untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam mata pelajaran IPS di Kelas II, guru melakukan analisis dan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan petama tersebut berdasarkan data dan
informasi yang berhasil dihimpun selama kegiatan belajar mengajar melalui
pengamatan. Data dan informasi yang diperoleh kelompok belajar siswa dalam
mengerjakan LKS pada tindakan pertama adalah sebagai berikut :
Prosentasi
Hasil Kerja Kelompok Dalam Mengerjakan LKS
Prosentasi hasil kelompok belajar
siswa dalam mengerjakan LKS dapat dilihal pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Prosentasi Hasil Kerja Kelompok dalam Mengerjakan LKS Pada
Tindakan I
Kelompok
|
Jawaban Soal LKS
|
|||||
Benar
|
%
|
Salah
|
%
|
Tidak tepat
|
%
|
|
1
|
3
|
60,00%
|
2
|
40,00%
|
0
|
0,00%
|
2
|
4
|
80,00%
|
0
|
0,00%
|
1
|
20,00%
|
3
|
3
|
60,00%
|
1
|
20,00%
|
1
|
20,00%
|
4
|
2
|
40,00%
|
1
|
1,00%
|
3
|
60,00%
|
5
|
2
|
40,00%
|
2
|
40,00%
|
1
|
20,00%
|
6
|
3
|
60,00%
|
2
|
40,00%
|
0
|
0,00%
|
7
|
4
|
80,00%
|
0
|
0,00%
|
1
|
20,00%
|
Prosentasi
|
60,00%
|
20,14%
|
20,00%
|
Berdasarkan hasil pekerjaan kelompok
dalam mengerjakan LKS pada pelaksanaan tindakan pertama ini ternyata bahwa
prosentasi kelompok yang dapat mengerjakan LKS dengan benar adalah 60,0%.
Sementara kelompok yang belum dapat mengerjakan LKS dengan benar adalah 20,14%.
Sedangkan kelompok yang kurang tepat dalam mengisi LKS adalah 20,00%. Bila
menunjuk pada tabel 2 di atas penerapan metode belajar secara berkelompok juga
dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa didominasi guru dalam kegiatan belajar
mengajamya.
Aktivitas
Belalar Sisiwa dalam Mata Pelajaran IPS yang Menerapkan Metode Belajar Secara
Berkelompok Pada Tindakan I
Data yang diperoleh melalui
instrumen observasi aktivitas belajar siswa yang telah disiapkan dalam upaya
untuk mengungkap dan mengetahui aktivitas belajar siswa selama mengikuti
kegiatan belajar mengajar IPS yang menerapkan belajar secara berkelompok pada
pelaksanaan tindakan I.
Tindakan
Kedua
Pelaksanaan tindakan kedua juga
merupakan aktualisasi dari rencana pengajaran yang telah dirumuskan dan
disiapkan sebelumnya berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari pelaksanaan
tindakan pertama. Pelaksanaan tindakan kedua ini materi ajarnya adalah tentang
"Memanfaatkan dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita".
Pada pelaksanaan tindakan kedua kegiatan yang dilakukan berdasarkan dengan apa
yang telah tercantum dalam pengajaran yang telah dibuat sebelumnya untuk
tindakan kedua ini adalah sebagai berikut :
• Siswa
berdo'a dan memberi salam kepada guru, kemudian guru mengabsen, dari 22 jumlah
siswa, yang hadir 22, sama halnya dengan tindakan pertama
• Guru
memberikan pengarahan untuk setiap kelompok tidak lebih dari 3 orang. Pemilihan
teman untuk kelompok diserahkan sepenuhnya kepada siswa, dan apabila
memungkinkan dalam kelompok itu ada teman dari jenis kelamin yang berbeda.Namun
nampaknya dalam memilih teman kelompok dengan jenis kelamin yang berbeda para
siswa belum siap.
• Seperti
halnya pada tindakan pertama, para siswa memilih teman kelompok berdasarkan
tempat duduk yang berdekatan. Dengan bantuan guru akhirnya seluruh siswa dapat
tertampung di dalam kelompok belajar walaupun tidak ada satu kelompok pun yang
anggotanya berlainan jenis kelamin.
• Dari
22 siswa yang hadir, terbentuk 7 kelompok. Kemudian guru memberikan LKS yang
berupa soal kegiatan Latar belakang berdirinya perusahaan asing untuk pelaksanaan tindakan kedua ini. Setiap
kelompok ditugasi untuk membahsa dan menyelesaikan LKS berkenaan dengan sub
pokok bahasan tentang menceritakan tentang Memanfaatkan dokumen dan benda
penting keluarga sebagai sumber cerita.
• Dalam
menyelesaikan dan menjawab LKS, siswa dalam kelompok betul-betul bekerja satu
sama lain bahu membahu dan serius untuk bisa menjawab dan mengisi LKS.
• Seperti
halnya pada tindakan pertama, guru berkeliling sambil membimbing, mengarahkan
dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan dan meyelesaikan
LKS.
• Selesai
mengerjakan LKS guru mengumpulkannya, guru membagikan lembar evaluasi kepada
siswa untuk mengetes kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang sudah
dipelajari. Guru membagikan daftar cek kepada setiap siswa untuk melihat
persepsi siswa tentang kegiatan belajar secara berkelompok yang telah
dilaksanakan
Analisis
dan Refleksi Tindakan kedua
Setelah guru melakukan tindakan
kedua dengan menerapkan metode tentang belajar secara berkelompok dalam mata
pelajaran IPS dengan sub pokok bahasan tentang Memanfaatkan dokumen dan benda
penting keluarga sebagai sumber cerita dalam kehidupan sehari-hari, guru
melakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan tindakan kedua berdasarkan
data dan informasi yang berhasil dihimpun. Data dan informasi yang diperoleh
kelompok belajar siswa dalam mengerjakan LKS pada tindakan kedua adalah sebagai
berikut :
1. Prosentasi Hasil
Kelompok dalam Mengerjakan LKS
Prosentasi
hasil kelompok dalam mengerjakan LKS dapat dilihat pada tabel 3 dengan
didasarkan atas standar penilaian bahwa kelompok yang benar dalam menyelesaikan
LKS diberi bobot 100%. Sementara yang masih belum dapat menyelesaikan dengan
benar diberi bobot sesuai dengan tingkat kebenarannya, misalnya 50% apabila
pengisiannya dianggap setengah (½) benar, 75% apabila pengisiannya dianggap
tiga per empat (¾) benar.
Tabel 3
Prosentasi Hasil Kerja Kelompok dalam Mengerjakan LKS Pada
Tindakan I
Kelompok
|
Jawaban Soal LKS
|
|||||
Benar
|
%
|
Salah
|
%
|
Tidak tepat
|
%
|
|
1
|
2
|
66,67%
|
0
|
0,00%
|
1
|
33,33%
|
2
|
2
|
66,67%
|
0
|
0,00%
|
1
|
33,33%
|
3
|
2
|
66,67%
|
1
|
33,33%
|
0
|
0,00%
|
4
|
2
|
66,67%
|
1
|
33,33%
|
0
|
0,00%
|
5
|
1
|
33,33%
|
1
|
33,33%
|
1
|
33,33%
|
6
|
2
|
66,67%
|
0
|
0,00%
|
1
|
33,33%
|
7
|
2
|
66,67%
|
1
|
33,33%
|
0
|
0,00%
|
Prosentasi
|
61,91%
|
19,05%
|
19,05%
|
2. Hasil Perolehan
Nilai Siswa pada Tindakan II
Data
pembaharuan siswa terhadap materi ajar tentang Memanfaatkan dokumen dan benda
penting keluarga sebagai sumber cerita dengan menerapkan metode belajar secara
berkelompok diperoleh dari hasil evaluasi belajar yang berupa tes uraian setelah
pelaksanaan tindakannya.
Penilaian hasil belajar siswa
didasarkan atas standar penilaian jawaban terhadap soal tes yang berjumlah 3
butir.Setiap butir soal apabila dijawab dengan benar diberi nilai 2
(dua).Sedangkan jawaban yang kurang tepat diberi nilai 1 (satu), dan jawaban
yang salah diberi nilai 0 (nol).
Bahwa penerapan metode belajar
secara berkelompok dapat dikatakan cukup efektif untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar IPS di Kelas IISD Negeri 1
Legokjawa.Terbukti dengan hasil tes yang telah dicapai siswa. Prosentasi daya
serap siswa dalam sub pokok bahasan tentang "Memanfaatkan dokumen dan
benda penting keluarga sebagai sumber cerita”.
Aktivitas
Belajar Siswa dalam Mata pelajaran IPS yang Menerapkan Metode Belajar Secara
Berkelompok Pada Tindakan II
Data tentang aktivitas belajar siswa
dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan metode belajar secara berkelompok
diperoleh melalui instrumen observasi aktivitas belajar siswa yang telah
disiapkan dalam upaya untuk mengungkap dan mengetahui aktivitas belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan II.
b. Pembahasan
Dari hasil penelitian tindakan kelas
tentang penerapan metode belajar secara berkelompok dalam mata pelajaran IPS di
Kelas IISD Negeri 1 Legokjawa diperoleh hasil temuan sebagai berikut :
1. Gambaran tentang
Pemilihan Teman dalam membentuk Kelompok Belajar
Sebagaimana terungkap pada
pelaksanaan tindakan I dan Tindakan II, guru sebelum memulai kegiatan belajar
mengajar IPS dengan menerapkan metode belajar secara berkelompok memberikan
arahan dan penjelasan kepada siswa untuk membentuk kelompok belajar yang setiap
kelompoknya tidak lebih dari 3 orang.Dalam pengarahan yang diberikan guru,
siswa diberi kebebasan dan keleluasaan untuk memilih dan menentukan teman
kelompoknya sendiri sesuai dengannya.
Pada siklus I, dari siswa 22 yang
hadir terbentuk 7 kelompok belajar.Siswa yang sudah mendapatkan teman kelompok
belajar tampak raut muka yang berseri-seri, gembira dan senang, sedangkan
mereka yang belum mendapatkan teman kelompoknya tampak bingung untuk memilih
teman kelompoknya.
Pada siklus II, dari siswa 22 yang
hadir, juga terbentuk 7 kelompok belajar.Walaupun guru memberikan pejelasan dan
pengarahan bahwa dalam pemilihan dan pembentukan kelompok belajar, siswa
disarankan boleh untuk membentuk kelompok yang anggotanya berlainan jenis
kelamin.Akan tetapi siswa nampaknya tidak mau memilih atau menentukan anggota
kelompok yang berlainan jenis kelamin, sehingga tak satupun kelompok yang
anggotanya berlainan jenis kelamin.
2. Gambaran tentang
Keterampilan-keterampilan yang Dikembangkan Siswa
Dari pelaksanaan penelitian tindakan
I dan tindakan II terungkap pendapat dan sikap siswa dari daftar cek yang
dibagikan dan diisi oleh seluruh siswa yang hadir, aspek-aspek yang berkenaan
dengan keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan siswa ketika belajar bersama
dalam kelompok. Tabel 4 di bawah ini adalah prosentasi jawaban siswa terhadap
daftar cek yang di dalamnya mengandung aspek-aspek tentang
keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan siswa ketika siswa belajar
secara berkelompok sebagai berikut :
Tabel 4
Prosentasi Jawaban Siswa Terhadap Daftar Cek Pada Siklus I
dan Siklus II
No
|
Aspek Yang Dikembangkan
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
Tidak pernah
|
Kadang-kadang
|
Selalu
|
Tidak pernah
|
Kadang-kadang
|
Selalu
|
||
1
|
Menyampaikan pendapat dalam
kegiatan belajar secara berkelompok
|
0
|
21,62
|
78,38
|
0
|
8,11
|
91,89
|
2
|
Pendapat siswa yang salah dijawab
oleh teman anggota kelompoknya
|
27,03
|
43,24
|
29,73
|
16,22
|
45,95
|
37,84
|
3
|
Berbagi pengalaman dengan sesama
anggota kelompok
|
5,41
|
27,03
|
67,57
|
0
|
16,22
|
83,78
|
4
|
Menyelesaikan tugas sesuai dengan
waktu yang diberikan
|
10,31
|
37,84
|
51,35
|
0
|
16,22
|
83,78
|
Pada siklus I dari 22 orang siswa
yang hadir siswa menjawab "selalu" menyampaikan pendapatnya ketika
belajar secara berkelompok, prosentasinya adalah 78,38%. Sementara yang
menjawab "kadang-kadang" prosentasinya 21,26%, dan yang menjawab
"tidak pernah" prosentasinya 0%. Dengan perolehan prosentasi sebesar
ini, siswa selama belajar bersama dalam kelompok dapat mengembangkan
keterampilan dalam menyampaikan pendapat. Selain itu juga siswa mendapat
keterampilan lain yaitu menghargai pendapat orang lain, walaupun pendapat itu
salah. Karena dalam daftar cek yang dibagikan kepada siswa terdapat pertanyaan
tentang "pendapat siswa yang salah dijawab oleh teman anggota
kelompoknya". Jawaban siswa terhadap pertanyaan ini adalah
"selalu" prosentasinya 29,73%, "kadang-kadang" 43,24% dan
"tidak pernah" prosentasinya 27,03%.
Sementara itu aspek keterampilan
berbagi pengalaman dengan sesama anggota kelompok yang menjawab
"selalu" adalah 67,57%, "kadang-kadang" 27,03% dan menjawab
"tidak pernah" 5,41%. Sedangkan aspek keterampilan menyelesaikan
tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang menjawab selalu prosentasinya
51,35% yang menjawab "kadang-kadang" 37,84% dan menjawab "tidak
pernah" prosentasinya adalah 10,81 %.
Pada siklus II pendapat dari 22
orang siswa yang hadir siswa menjawab "selalu" menyampaikan
pendapatnya ketika belajar secara berkelompok.prosentasinya adalah 91,89%.
Sementara yang menjawab "kadang-kadang'" prosentasiuya 24,11%, dan yang
menjawab "tidak pernah" adalah nihil. Sedangkan keterampilan lain
yaitu menghargai pendapat orang lain walaupun pendapat itu salah. Jawaban siswa
terhadap pertanyaan ini adalah "selalu” prosentasinya 37,84%,
"kadang-kadang" 45,95% dan "tidak pernah-prosentasinya 16,22%.
Sementara itu aspek keterampilan berbagi pengalaman dengan sesama anggota
kelompok yang menjawab "selalu" adalah 83,78%.
"kadang-kadang" 16,22% dan menjawab "tidak pernah" 0%. Dan
aspek keterampilan menyelesaikan tugas sesuai waktu yang diberikan, siswa yang
menjawab selalu prosentasinya 83,78% yang menjawab "kadang-kadang"
16,22% dan menjawab "tidak pernah" prosentasinya adalah 0%.
3. Gambaran Tentang Aktivitas Belajar Siswa
dalam Belajar Berkelompok
Berdasarkan pelaksanaan tindakan I
dan II aktivitas belajar siswa selam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang
menerapkan belajar secara berkelompok dapat digambarkan sebagai berikut.
Siklus I, setelah setiap kelompok
mendapatkan masing-masing LKS, setiap kelompok ditugasi untuk membahas dan meyelesaikan
LKS dengan merujuk pada arti tindakan ekonomi tersebut.Buku sumber IPS Kelas II
SD dapat digunakan untuk membantu mengisi LKS tentang pokok bahasan Memanfaatkan
dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita.Pada mulanya hampir
seluruh siswa hening sambil memperhatikan soal yang ada di LKS tersebut sambil
memperhatikan penjelasan guru. Namun beberapa saat kemudian siswa mulai
berinteraksi sesama anggota kelompoknya, ada yang memperhatikan dan membaca apa
tujuan dari soal yang dimaksud, ada siswa yang memegang dan memperhatikan LKS,
dan ada juga siswa yang membuka-buka buku IPS Kelas II, serta ada juga yang
memegang sambil memperhatikan dan mengamati gambar yang ada di LKS. Tentunya
mereka selama melakukan aktivitas tersebut tidak diam saja, tetapi mereka
melakukan kegiatan tersebut sambil bercakap-cakap dan berinteraksi satu sama
lainnya. Dalam menyelesaikan dan menjawab LKS, siswa membantu satu sama lain
untuk dapat menjawab soal-soal yang terdapat dalam LKS, tidak mau ketinggalan
dengan kelompok lainnya. Aktivitas siswa dalam belajar adalah melahirkan
interaksi dengan sesama teman untuk dapat menyelesaikan LKS dengan merujuk pada
obyek untuk diamati dan juga terlibat sumber belajar lain yaitu buku sumber IPS
Kelas II untuk dapat menyelesaikan LKS. Sementara aktivitas guru guru
memfasilitasi dan membantu siswa dengan berkeliling dari satu kelompok ke
kelompok yang lain sambil mengarahkan dan membantu kelompok yang kesulitan
menjawab LKS.
Siklus II, guru memberikan LKS
berupa gambar yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
pokok bahasan kepada 22 orang siswa yang hadir. Seperti halnya pada siklus I
buku IPS Kelas II menjadi buku sumber pada pokok bahasan tentang Memanfaatkan
dokumen dan benda penting keluarga sebagai sumber cerita, dan guru berkeliling
untuk mengarahkan dan membantu kelompok yang kesulitan dalam mengisi LKS.
Berikut adalah tabel yang menunjukan
aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS yang menerapkan metode belajar
secara berkelompok selama pelaksanaan tindakan I dan II.
Tabel 5
Prosentase aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I dan II
No
|
Aktivitas Belajar Siswa
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||||||
Sangat tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sangat tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
||
1
|
Disiplin
|
0%
|
75,86%
|
24,32%
|
0%
|
24,32%
|
75,68%
|
0%
|
0%
|
2
|
Motivasi/Semangat belajar
|
8,11%
|
56,76%
|
32,43%
|
2,7%
|
21,62%
|
78,38%
|
0%
|
0%
|
3
|
Perhatian Siswa
|
10,81%
|
56,76%
|
29,73%
|
2,7%
|
13,51%
|
83,78%
|
2,7%
|
0%
|
4
|
Komunikasi Siswa
|
5,41%
|
78,38%
|
16,22%
|
0%
|
13,51%
|
86,49%
|
0%
|
0%
|
5
|
Kerjasama Siswa
|
24,32%
|
64,86%
|
8,11%
|
0%
|
27,03%
|
86,49%
|
0%
|
0%
|
6
|
Aktivitas Belajar Individu
|
18,92%
|
40,54%
|
37,84%
|
0%
|
29,73%
|
67,57%
|
2,7%
|
0%
|
7
|
Aktivitas Belajar Kelompok
|
29,73%
|
67,57%
|
2,7%
|
0%
|
62,16%
|
37,84%
|
0%
|
0%
|
8
|
Tanggungjawab Siswa
|
5,41%
|
83,78%
|
8,11%
|
0%
|
16,22%
|
83,78%
|
0%
|
5,41%
|
Pada
siklus I, dari jumlah siswa 22 orang yang dijadikan sampel, prosentasi siswa
yang menunjukan aktivitas "disiplin" tinggi sebesar 75,68%,
"sedang" 24,32%. Pada prosentasi siswa yang motivasi/semangat
belajarnya "sangat tinggi" sebesar 8,11%, "tinggi" 56,76%,
"sedang" 32,43% dan "rendah" 2,70%. Aktivitas siswa yang
menunjukan perbaikan siswa "sangat tinggi" adalah sebesar 10,81%,
"tinggi" 56,76%, "sedang" 29,73% dan 2,70% pada
perhatiannya "rendah". Pada komunikasi yang menunjukan "sangat
tinggi" prosentasinya 5,41%, "tinggi" sebesar 78,38% dan
"sedang" 16,22%. Sementara aktivitas belajar siswa yang menunjukan
kerja sama yang "sangat tinggi" prosentasinya adalah 24,32%,
"tinggi" 64,86%, "sedang" sebesar 8,11%, sedangkan prosentasi
siswa yang menunjukan aktivitas belajar individunya "sangat tinggi"
sebesar 40,54%, "sedang" sebesar 37,84%, sementara aktivitas belajar
kelompoknya "sangat tinggi" prosentasinya sebesar 29,73%,
"tinggi" 67,57%, "sedang" hanya sebesar 2,70%. Aktivitas
belajar siswa yang bertanggung jawab "srngat tinggi" sebesar 5,41%,
"tinggi" sebesar 83,78% dan "sedang" hanya 8,11%.
Pada
Siklus II, prosentasi siswa yang menunjukan aktivitas disiplin "sangat
tinggi" sebesar 24,32%, "tinggi" sebesar 75,68%. Pada prosentasi
siswa yang motivasi/semangat yang menunjukan "sangat tinggi" sebesar
21,62%, `'tinggi" 78,38%. Aktivitas siswa yang perhatian siswa
"sangat tinggi" adalah sebesar 13,51%, "tinggi" 83,78%,
"sedang" 2,70%. Pada komunikasi yang menunjukan "sangat tinggi"
prosentasinya 13,51%, "tinggi" sebesar 86,49%. Sementara aktivitas
belajar siswa yang menunjukan kerja sama yang "sangat tinggi"
prosentasinya adalah 27,03%, "tinggi" 86,49%. Sedangkan prosentasi
siswa yang menunjukan aktivitas belajar individunya "sangat tinggi"
sebesar 29,73%, "tinggi 67,57%, dan prosentasi "sedang" sebesar
2,70%, sementara aktivitas belajar kelompoknya "sangat tinggi"
prosentasinya sebesar 62,16%, "tinggi" 37,84%. Aktivitas belajar
siswa yang bertanggung jawab "sangat tinggi" sebesar 16,22%,
"tinggi" sebesar 83,78%.
4. Gambaran Tentang Hasil Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran IPS
Dari
pelaksanaan tindakan I dan tindakan II yang menerapkan metode belajar secara
bersama dalam kelompok dalam mata pelajaran IPS di Kelas II, SD Negeri 1
Legokjawa diperoleh gambaran sebagai berikut :
Tabel
6
Prosentasi
Perolehan Nilai Hasil Belajar Pada Siklus I dan Siklus II
No Soal
|
Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
2
|
54,05%
|
91,89%
|
1
|
2,7%
|
5,41%
|
|
0
|
43,24%
|
2,7%
|
|
2
|
2
|
75,68%
|
78,38%
|
1
|
8,11%
|
16,22%
|
|
0
|
16,22%
|
5,41%
|
|
3
|
2
|
72,97%
|
81,08%
|
1
|
2,7%
|
13,51%
|
|
0
|
24,32%
|
5,41%
|
|
4
|
2
|
70,27%
|
|
1
|
5,41%
|
||
0
|
24,32%
|
||
5
|
2
|
64,85%
|
|
1
|
5,41%
|
||
0
|
29,73%
|
Berdasarkan tabel di atas menunjukan
bahwa pada siklus I siswa yang mendapat nilai 2 atau jawaban siswanya
"benar" mencapai 67,57% dari 22 siswa yang mengikuti tes. Sementara siswa
yang mendapat nilai 1 atau menjawab "kurang tepat" prosentasinya
mencapai 4,87%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 0 (nol) atau
"salah" prosentasinya 27,57%. Pada silkus II, siswa yang mencapat
nilai 2, perolehan nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 8378%. Sementara
itu siswa yang mendapat nilai 1 atau "kurang tepat" meningkat dari
sebanyak 4,87% menjadi 11,71%, sedangkan yang mendapat 0 (nol) menurun dari
27,57% menjadi 1%.
I. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh selama melakukan penelitian tindakan kelas tentang penerapan metode
belajar secara bersama dalam kelompok untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa dalam mata pelajaran IPS Kelas IISD Negeri 1 Legokjawa Kecamatan Cimerak
Kabupaten Ciamis, maka dapat diambil kesimpulan.
1.
Pemilihan atau penentuan teman dalam membentuk kelompok
belajar adalah didasarkan atas tempat duduk yang berdekatan. Teman yang duduk
satu bangku dengan sendirinya menjadi teman kelompok. Kemudian pemilihan teman
anggota kelompok belajar dan pemilihan satu orang teman lainnya lagi teman yang
paling berdekatan dengan siswa tersebut.
2.
Keterampilan-keterapilan yang dikembangkan ketika siswa
belajar secara bersama-sama dalam kelompok berdasarkan pendapat dan sikap siswa
yang terungkap dari daftar cek yang diisi oleh seluruh siswa berkenaan
aspek-aspek seperti yang terdapat dalam tabel 4 di atas.
3.
Aktivitas belajar siswa selama mengikuti kegiatan
belajar mengajar yang menerapkan metode belajar secara berkelompok dalam mata
pelajaran IPS menunjukkan peningkatan seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.
4.
Perolehan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar
mengajar IPS yang menerapkan metode belajar secara bersama dalam kelompok
menunjukan peningkatan yang signifikan berdasarkan hasil tes yang dilakukan
pada siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti ditunjukkan
oleh tabel 6.
J. Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (1999), Penyempurnaan
Penyesuaian Kurikulum1999, Jakarta, Depdikbud
IKIP Bandung, 1997, Seminar dan Lokakarya Pedoman
P'engembangan Penelitian, Bandung, IKIP
Kasbolah, Kasihani, 1998/1999, Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta, Ditjen Dikti, Depdikbud
Permana J, dan Sumantri M, 1999, Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta, Ditjen Dikti, Depdikbud
Rasyidin, Waini, 2000, Layanan Mutu Guru Dalam Upaya
Meningkatkan Proses Pembelajaran Siswa SD, Bandung, Laporan Penelitian: Tidak
diterbitkan
Satori, Djam'an, 1997, Penelitian Tindakan Kelas Bagi
Perbaikan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Seminar dan Lokakarya Pedoman
Pengembangan Penelitian, Hal 34-56
Semiawan, Conny et. Al, 1985, Pendekatan Keterampilan Proses
Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar, Jakarta, PT Gramedia
Sudjana, Nana dan Arifin Daeng, 1988, Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar mengajar, Bandung, Sinar Baru
Wellton DA Mallan, 1988, Children and Their World, Strategic
for Teaching Social Studies, Boston Houston: Mifflin Company
Kurnidar et. AL, (2002, Ilmu Pengetahuan Sosial Jilid 1:
Untuk Sekolah Dasar Kelas 3 Bandung, PT Sarana Panca Karya Nusa .
Undang-undang Nomor 20, 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung, Fokusmedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar